Bekicot Sebagai Pakan Ternak Unggas
Bekicot Sebagai Pakan Ternak Unggas: Bekicot dahulu dianggap sebagai hama tanaman, namun sejak akhir tahun tujuh puluhan bekicot menjadi komoditi ekspor yang digemari. Ekspor bekicot terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Pasaran ekspor bekicot yang utama adalah Perancis dan yang lain adalah negara Taiwan, Kanada, Jerman Barat, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Hongkong, Malaysia, Belgia dan Luxsemburg. Indonesia merupakan pemasok bekicot nomor dua terbesar di dunia setelah Yunani.
Penyediaan bekicot untuk ekspor sampai saat ini masih banyak yang diperoleh dari penangkapan di alam bebas. Kegiatan penangkapan bekicot di alam yang semakin intensif akan memperkecil populasi bekicot. Budidaya bekicot merupakan satu-satunya pilihan agar komoditi tersebut tetap tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sifat-sifat bekicot perlu diketahui jika ingin membudidayakan.
Bekicot termasuk keong darat, bukan merupakan binatang air. Tempat hidup yang digemari bekicot adalah tempat yang teduh dan gelap. Bekicot aktif pada waktu malam hari (noktural). Sifat noktural bekicot bukan semata-mata ditentukan oleh faktor gelap di waktu malam, namun juga suhu dan kelembaban lingkungannya.
Bekicot memiliki tubuh yang lunak sehingga dimasukkan ke dalam filum Molusca (mollis dalam bahasa Yunani berarti lunak). Bekicot berjalan menggunakan perutnya sehingga bekicot dimasukkan dalam kelas Gastropoda. Bekicot bernafas dengan menggunakan kantong paru-paru, oleh karena itu dimasukkan ke dalam Pulmonata. Di bagian kepala terdapat dua pasang tentakel, dengan sepasang “mata” (ocelus) pada ujung tentakel superior, oleh karena itu dimasukkan ke dalam Stylomatophora.
Di Indonesia dikenal dua macam spesies bekicot yaitu Achatina fulica dan Achatina variegata, namun sering pula dijumpai bekicot hasil persilangan antara ke dua spesies tersebut. Cangkang bekicot dapat digunakan untuk membedakan jenis bekicot. Cangkang pada Achatina fulica bergaris-garis lurus berwarna coklat, bentuk cangkangnya lebih langsing. Cangkang Achatina veriegata bergaris patah-patah coklat kemerahan lebih jelas dan bentuk cangkangnya lebih gemuk.
Bekicot berasal dari Afrika Timur, kemudian menyebar ke kepulauan Mauritius, India lalu ke Semenanjung Malaya. Sekitar tahun 1922, bekicot jenis Achatina fulica masuk ke Kalimantan dan Sumatera, kemudian pada tahun 1933 bekicot jenis Achatina fulica tersebut masuk ke pulau Jawa. Sedangkan bekicot jenis Achatina variegata masuk ke pulau Jawa pada tahun 1942 bersama dengan masuknya tentara Jepang.
Bekicot dikenal sebagai hewan yang rakus dan memiliki toleransi besar terhadap berbagai macam makanan dan tahan terhadap persediaan makanan yang terbatas. Bekicot memerlukan sumber kalsium untuk pembentukan cangkangnya. Pakan bekicot tidak boleh mengandung garam dapur, cabe dan abu dapur. Bekicot tidak tahan terhadap sinar matahari langsung, senang di daerah tropik, tidak tahan di daerah yang waktu keringnya terlalu panjang dan di daerah bersalju.
Pada waktu keadaan lingkungan kering, bekicot menjadi tidak aktif (aestivasi) dan menarik tubuhnya ke dalam cangkang kemudian kakinya mengeluarkan lapisan lendir yang kaku dan mengeras untuk menutup lubang cangkang guna melindungi dirinya dari kekeringan. Sewaktu aestivasi bekicot bernafas melalui celah kecil (pneumostoma) yang berhubungan dengan kantong paru-paru.
Bekicot bersifat hermaprodit sehingga dalam satu tubuh terdapat alat kelamin jantan maupun betina. Umur pubertas bekicot dicapai setelah panjang cangkang berukuran 80 mm. Untuk keperluan pembuahan, bekicot melakukan perkawinan silang. Sperma hasil perkawinan silang antara dua induk bekicot tersebut disimpan dalam alat penimbun sperma (spermateka).
Setiap ekor bekicot merupakan penghasil telur. Sebelum bertelur, bekicot menunjukkan kelakuan membuat sarang. Waktu yang diperlukan induk bekicot untuk membuat sarang adalah antara 1.5 – 2 jam. Jumlah telur yang dihasilkan bekicot juga dipengaruhi oleh kondisi daerah tempat hidupnya. Jumlah telur yang dihasilkan oleh bekicot dipengaruhi oleh panjang cangkangnya. Semakin panjang ukuran cangkang bekicot maka jumlah telur yang dihasilkan semakin banyak. Waktu yang diperlukan untuk sekali proses peneluran rata-rata sekitar 12 jam.
Umumnya bekicot bertelur dalam sarang di dalam tanah. Ada di antara induk bekicot yang meletakkan telurnya di bawah kayu, batu atau benda lainnya. Induk bekicot yang meletakkan telunya di tempat tanah juga ada, tetapi jarang. Induk bekicot membuat sarang dengan menggali tanah menggunakan kepalanya. Kedalaman sarang telur bekicot antara 3 – 5 cm. Bila induk meninggalkan sarang, telur ditutup dengan tanah. Telur secara alami dibiarkan dalam sarang dan selanjutnya diserahkan sepenuhnya pada alam sampai menetas. Bekicot tidak dapat menggali tanah untuk bertelur apabila tanah terlalu kering dan keras, sedangkan bila tanah selalu tergenang air maka bekicot akan mati dan telur yang ditetaskan akan membusuk.
Telur bekicot cenderung membentuk elips dengan diameter rata-rata 4,5 – 5,5. mm. Volume rata-rata telur bekicot adalah 0,055 ml dengan berat rata-rata 0,061 g. Permukaaan telur bekicot dilapisi oleh selaput yang mampu menyerap air dari sekitarnya untuk mempertahankan kelembaban telur dan mempunyai fungsi dalam pertukaran oksigen pada telur selama masa penetasan.
Fertilitas telur bekicot rata-rata 81,79 persen. Fertilisasi telur dapat diketahui pada waktu antara dua sampai empat hari penetasan sehingga telur bekicot ada yang mulai menetas. Masa penetasan telur bekicot antara satu sampai sepuluh hari. Proses keluarnya anak bekicot dari cangkang telurnya berlangsung antara 6 sampai 10 jam.
Cara pemeliharaan bekicot dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cara pemeliharaan terpisah dan cara pemeliharaan campuran. Bekicot dikelompokkan menurut umur dan panjang cangkang, sehingga terdapat kandang penetasan, kandang induk dan kandang pembesaran pada cara pemeliharaan terpisah. Kandang induk dan kandang penetasan dapat juga dijadikan satu. Bekicot dapat tidak dikelompok-kelompokkan pada cara pemeliharaan campuran. Sistem kandang umtuk tempat pemeliharaan bekicot ada beberapa macam yaitu kandang umbaran, kandang kotak, kandang lubang dan kandang sumuran. Kandang bekicot harus dalam keadaan lembab dan teduh.
Makanan bekicot sebagian besar berupa hijauan, baik hijauan sisa maupun hijauan segar. Namun bekicot sangat peka terhadap rasa asin dan pedas. Bekicot juga tidak boleh terkena sisa abu pembakaran karena akan mengganggu proses pengeluaran lendir dan bial hal ini berlanjut dapat menyebabkan kematian bagi bekicot. Pakan bekicot harus dalam keadaan basah.
Bekicot selain sebagai komoditi ekspor juga merupakan sumber protein hewani bagi ternak. Daging bekicot tidak terdapat senyawa yang dapat meracuni ternak. Untuk menjamin kelayakan daging bekicot sebagai pakan yang baik maka perlu pengolahan yang baik. Selain pencuciannya yang harus bersih, penambahan abu atau arang pada waktu merebusnya akan lebih meyakinkan penetralan racun yang ada. Dengan merebus sampai mendidih (di atas 100oC) sudah dipastikan dapat mematikan kuman patogen yang berbahaya. Daging bekicot yang dibuat menjadi pakan ternak sebaiknya dijadikan tepung terlebih dahulu baik dalam bentuk Raw Snail Meal (tepung bekicot mentah) maupun Boilled Snail Meal (tepung bekicot rebus).
Kandungan nutrisi tepung bekicot sebagai pakan ternak unggas
No. | Zat makanan | Kandungan dari | ||
Tepung bekicot dengan kulit | Tepung bekicot mentah | Tepung bekicot rebus | ||
1. | Protein (%) | 5.24 | 64.14 | 62.43 |
2. | Serat kasar (%) | 9.47 | 2.67 | 0.09 |
3. | Lemak (%) | 0.33 | 3.92 | 4.98 |
4. | Abu (%) | 60.17 | – | – |
5. | BETN (%) | 27.30 | – | – |
6. | Kalsium (%) | – | 6.93 | 8.47 |
7. | Fosfor (%) | – | 0.92 | 1.03 |
Sumber : * Asa (1984)
Kandungan asam amino daging bekicot sebagai pakan ternak Unggas
No. | Zat makanan | Kandungan (%) |
1. | Bahan kering | 86.00 |
2. | Protein | 51.20 |
3. | Arginin | 9.70 |
4. | Sistin | 0.60 |
5. | Metionin | 1.04 |
7. | Histidin | 1.40 |
8. | Isoleusin | 4.72 |
9. | Leusin | 5.11 |
10. | Lisin | 8.98 |
11. | Fenilalanin | 3.90 |
14. | Treonin | 4.51 |
15. | Triptofan | 0.62 |
16. | Valin | 4.47 |
17. | Kalsium | 0.80 |
18. | Fosfor | 0.50 |
Sumber : * Reksohadiprojo (1990)
Penggunaan daging bekicot sebagai pakan ternak unggas diperlukan proses pengolahan sebagai berikut.
- Bekicot hidup dikumpulkan dalam ruangan lembab, selanjutnya ditaburi garam dengan perbandingan 1 kg untuk 10 kg bekicot. Didiamkan selama 15 menit, selanjutnya diaduk sampai rata sehingga lendir yang beracun keluar semua.
- Bekicot yang sudah digarami, lalu dibersihkan dengan dimasukkan dalam drum yang berisi air kapur.
- Bekicot dengan cangkangnya selanjutnya direbus setengah matang, dikeluarkan dan dicukili dagingnya untuk dipisahkan dari cangkangnya.
- Daging bekicot dicuci sekali lagi dari kemungkinan sisa lendir yang masih ada, kemudian direbus sampai masak untuk menghindarkan adanya bakteri salmonela, selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari dan digiling menjadi tepung.
Daging bekicot sebagai bahan pakan unggas dapat dimanfaatkan untuk mengganti tepung ikan, karena menpunyai kandungan protein yang sebanding, selain itu juga memiliki kandungan asam amino dan mineral yang cukup memenuhi persyaratan sebagai pakan bergizi. Apabila tepung bekicot mentah digunakan sebagai campuran pakan, sebaiknya tidak lebih dari 10 persen, sedangkan penggunaan tepung bekicot rebus antara 5 – 15 persen (Asa, 1984). Ditambahkan oleh Santoso (1987) bahwa tepung bekicot dapat digunakan sebagai campuran ayam pedaging sampai 15 persen dan tidak memberikan pengaruh yang negatif. Pada penggunaan tepung bekicot sebesar 7,5 persen dalam pakan dapat memberikan pertumbuhan ayam yang lebih baik dari pada ayam yang tidak mendapat pakan tanpa campuran tepung bekicot.
Hasil penelitian Mahe (1993) tentang pengaruh penggunaan tepung bekicot (Achatina fulica) dalam ransum terhadap performan puyuh periode layer menunjukkan penggunaan tepung bekicot sampai 15 persen dalam pakan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap konsumsi pakan, konversi pakan dan efisiensi pakan, tetapi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap produksi telur. Sedangkan terhadap berat telur menunjukkan perbedaan yang nyata.
Produksi telur yang paling tinggi dihasilkan oleh puyuh yang mendapat pakan dengan campuran tepung bekicot sebesar 15 persen. Pakan dengan kandungan tepung bekicot sebesar 10 persen menunjukkan konversi yang paling rendah sedangkan efisiensi pakan dicapai oleh puyuh yang mendapatkan pakan tanpa campuran tepung bekicot. Selanjutnya dinyatakan bahwa tepung bekicot sebaiknya digunakan dalam tingkat 15 persen dalam pakan pakan puyuh periode starter. Sebab dalam hal ini memberikan produksi paling tinggi dibanding lainnya. Dengan demikian tepung bekicot dapat dijadikan alternatif pengganti tepung ikan. Terima Kasih telah membaca artikel Bekicot sebagai pakan ternak unggas.