Ampas Tahu Sebagai Pakan Ternak
Ampas tahu sebagai pakan ternak: Tingginya dan besarnya biaya bahan pakan penyusun ransum, misalnya seperti jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan menghambat dan menjadi kendala dalam pengembangan peternakan ruminansia ataupun unggas. Berbagai macam usaha sudah dilakukan untuk mengatasi dan memecahkan kendala ini, dengan jalan melihat potensi yg ada di lingkungan sekitar kita, sebagai salah satu sumber bahan pakan ternak yang murah dan bermutu, termasuk didalam halnya pemanfaatan limbah industri.
Harga pakan adalah biaya yang harus disediakan dengan porsi lebih untuk mengembangkan peternakan secara intensif dan serius dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Semakin intensif suatu peternakan diusahakan, maka semakin kreatif juga peternak dalam menggunakan bahan hasil samping sebagai bahan penyusun ransum. Pemakaian bahan-bahan yang mudah didapat, dengan harga yang relatif lebih murah, namun masih memiliki kandungan gizi yang baik untuk produksi dan kesehatan ternak itu sendiri merupakan suatu hal yang menjadi harus untuk dilakukan peternak untuk meningkatkantingkat keuntungan yang lebih tinggi.
Ransum adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemberian ransum adalah 70% dari total biaya produksi (Listiyowati dan Roospitasari, 1992). Tingginya biaya produksi ini perlu ditanggulangi dengan menyusun ransum sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat, dengan harga yang relatif lebih murah, tetapi masih mempunyai kandungan gizi yang baik untuk produksi dan kesehatan ternak itu sendiri (Mairizal, 1991).
Usaha untuk menekan biaya makanan adalah dengan mencari bahan makanan yang tidak bersaing dengan manusia, harganya murah, memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, tersedia secara kontinyu, disukai ternak serta tidak membahayakan bagi ternak yang memakannya (Sulistiowati (1995).
Konsumsi pakan merupakan jumlah dari pakan yang diberikan dikurangi dengan jumlah pakan yang tersisa dan tercecer. Pertambahan bobot badan merupakan selisih antara bobot badan awal dengan bobot badan akhir selama waktu tertentu (Rasyaf, 2006). Konversi ransum merupakan pembagian antara jumlah pakan yang dikonsumsi pada minggu tertentu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu pula.
Potensi Ampas Tahu Sebagai Pakan Ternak
Tahu adalah makanan yang banyak mengandung banyak protein nabati yang banyak diminati konsumen. Efek lain dari peningkatan produksi tahu adalah surplus ampas tahu atau sisa dari pembuatan tahu yang belum banyak dimanfaatkan dan digunakan dan dianggap kurang mempunyai nilai ekonomis.
Jika kita mengkaji lebih lanjut dalam ampas sisa tadi masih bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak nilai kandungan protein yang tinggi. Saat ini belum banyak peternak yang memanfaatkan ampas tahu tadi sebagai pakan tambahan bagi ternaknya selain konsentrat. Pertumbuhan ternak yang di bebri pakan ampas tahu lebih cepat dari pada yang tidak diberi (Titis, 2009).
Ampas tahu adalah salah satu bahan yang bisa dipakai sebagai bahan penyusun ransum. Sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan harga murah, bahkan bisa didapat dengan cara cuma-cuma. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu bisa digunakan sebagai sumber protein. Mengingat kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi. Namun kandungan tersebut berbeda tiap tempat dan cara pemprosesannya. Terdapat laporan bahwa kandungan ampas tahu yaitu protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%, maka sangat memungkinkan ampas tahu dapat diolah menjadi bahan makanan ternak (Dinas Peternakan Provinsi jawa Timur, 2011).
Limbah adalah seluruh bahan yang terbuang dari proses produksi barang-barang kimia, pertambangan, penyulingan, pertanian dan bahan-bahan pembuatan makanan yang tampak perubahannya pada permukaan air. Karakteristis ampas tahu adalah partikel atau padatan berwarna keruh keputih-putihan dan bau khas kedelai. Karakteristik kimia ampas tahu adalah kandungan organik yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Limbah padat pembuatan tahu di dalam air merupakan padatan tersuspensi dan terendap.
Ampas tahu yang merupakan limbah industri tahu memiliki kelebihan, yaitu kandungan protein yang cukup tinggi (Masturi et al. 1992). Namun ampas tahu memiliki kelemahan sebagai bahan pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk dicerna itik dan kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan daya simpannya menjadi lebih pendek ((Masturi et al., 1992 dan Mahfudz et al., 2000). Salah satu cara untuk mengurangi kandungan serat kasar tersebut adalah diproses dengan fermentasi.
Nilai Gizi Ampas Tahu
Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu bisa digunakan sebagai sumber protein. Ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Prabowo dkk., (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu memiliki nilai biologis lebih tinggi daripada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak.
Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm.
Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5 % dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu basah tidak tahan disimpan dan akan cepat menjadi asam dan busuk selama 2-3 hari, sehingga ternak tidak menyukai lagi. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0 – 15,5 % sehingga umur simpannya lebih lama dibandingkan dengan ampas tahu segar (Widjatmoko, 1996).
Komposisi Nutrisi/Kimia :
Nutrisi | Ampas tahu | |
Basah (%) | Kering (%) | |
Bahan. Kering | 14,69 | 88,35 |
Protein Kasar | 2,91 | 23,39 |
Serat. Kasar | 3,76 | 19,44 |
Lemak kasar | 1,39 | 9,96 |
Abu | 0,58 | 4,58 |
BETN | 6,05 | 30,48 |
Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila bereaksi dengan asam. Penggumpalan protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan bersamaan diseluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan terkumpul di dalamnya. Pengeluaran air yang terkumpul tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan protein. Gumpalan protein itulah yang disebut dengan tahu (Suprapti, 2005).
Sebagai akibat proses pembuatan tahu, sebagian protein terbawa atau menjadi produk tahu, sisanya terbagi menjadi dua, yaitu terbawa dalam limbah padat (ampas tahu) dan limbah cair. Kandungan gizi dalam kedelai, tahu dan ampas tahu masing-masing dapat dilihat dalam tabel 2
Kandungan Unsur Gizi dan Kalori dalam Kedelai, Tahu dan Ampas Tahu
No | Unsur Gizi | Kadar/100 g Bahan | ||
Kedelai | Tahu | Ampas Tahu | ||
1 | Energi (kal) | 382 | 79 | 393 |
2 | Air (g) | 20 | 84,4 | 4,9 |
3 | Protein (g) | 30,2 | 7,8 | 17,4 |
4 | Lemak (g) | 15,6 | 4,6 | 5,9 |
5 | Karbohidrat (g) | 30,1 | 1,6 | 67,5 |
6 | Mineral (g) | 4,1 | 1,2 | 4,3 |
7 | Kalsium (g) | 196 | 124 | 19 |
8 | Fosfor (g) | 506 | 63 | 29 |
9 | Zat besi (mg) | 6,9 | 0,8 | 4 |
10 | Vitamin A (mg) | 29 | 0 | 0 |
11 | Vitamin B (mg) | 0,93 | 0,06 | 0,2 |
Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan Fak. Kedokteran UI (Suprapti, 2005)
Pengolahan dan Pengawetan Ampas Tahu Sebagai Pakan Ternak
Ampas tahu mempunyai kadar air dan protein yang cukup tinggi sehingga bila disimpan akan menyebabkan mudah membusuk dan berjamur. Pengolahan ampas tahu sebagai tepung bisa dilakukan dengan cara penjemuran atau dengan pengeringan dengan sinar matahari atau dengan oven pada suhu 45-50°C, kemudian digiling sampai menjadi tepung (Sudigdo, 1983).
Jika mengawetkan ampas tahu secara basah dapat dilakukan dengan pembuatan silase tanpa menggunakan stater. Terlebih dahulu ampas tahu dikurangi kadar airnya dengan cara dipres sampai kadar air mencapai kira-kira 75%. Lalu disimpan dalam ruang kedap udara atau plastik tertutup rapat supaya udara tidak dapat masuk. Setelah tertutup disimpan minimal 21 hari dan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Penyimpanan dengan cara pembuatan silase dapat mengawetkan ampas tahu sampai 5-6 bulan (Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat, 1999). Pembuatan silase ampas tahu dapat dicampur dengan bahan pakan lain.
Proses fermentasi akan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Bahan pakan yang telah mengalami fermentasi akan lebih baik kualitasnya dari bahan bakunya. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino, dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasar ampas tahu (Poultryindonesia, 2010).
Fermentasi dapat memecah selulosa, hemiselulosa, dan polimernya menjadi gula sederhana atau turunannya serta mampu meningkatkan nutrisi bahan asal, karena mikroba bersifat katabolik selain juga dapat mensintesis vitamin seperti riboflavin, vitamin B12 dan pro vitamin A (Mahfudz et al., 1997). Salah satu bahan untuk fermentasi adalah ragi oncom yang mengandung kapang Neurospora sitophila, kapang ini memiliki aktivitas lipolitik yang tinggi, yaitu memproduksi lipase yang menghidrolisa trigliserida menjadi asam-asam lemak bebas.
Jadi sebagai peternak kita dapat memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan ternak : yang memiliki nilai protein yang tinggi, dan bisa simpan dengan waktu yang lama dengan melakukan proses fermentasi.
Gustina
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
Maaf mengganggu pengen tanya, kalau metode silase tanpa setarter berarti kan tanpa campuran atau tambahan probiotik apapun kan ya? Itu bisa diaplikasikan pada rumput dan dedauan tidak? Terima kasih mohon pencerahannya
Kalau silase hampir sama dengan fermentasi, tetapi silase memakai bahan masih hijau. fermentasi biasa yang udah kering. Silase tetap memakai probiotik, minimal memamakai molases atau atau tetes tebu…
Seberapa banyak pemberian molase / tetes tebu untuk setiap kg ampas tahu
Biasa campuran molases 1 kilo untuk 10 liter air
silase ampas tahu tanpa diperas tapi dicampur bahan kering seperti bekatul bisa gak pak?
terimakasih
Artikel yang sangat menarik bagi saya, seorang peternak entok pemula
Untuk mendapatkan ampas tahu di Mana ya ? Untuk area jawa tengah ?
limbah tahu yang padat dapat dimanfaatkan adsorben alternatif logam berat yang murah dan mudah ditemukan dikarenakan tahu mengandung protein yang komposisinya terdiri dari asam amino yang dapat digunakan sebagai adsorben untuk ion logam berat. yuk selengkapnya ada di link berikut ya : http://news.unair.ac.id/en/2019/07/17/utilization-of-solid-tofu-waste-as-potential-heavy-metal-adsorbent/