Pada tahun 1906, sapi ongole didatangkan langsung dari Madras di India ke Pulau Sumba. Selanjutnya, tahun 1916 sapi ongole yang sudah berkembang biak di sumba mulai menyebar ke tempat-tempat lain di Indonesia dengan sebutan sumba ongole(SO). Pada tahun 1930-an, pemerintah Hindia-Belanda dengan kebijakan di bidang pertenakan yang disebut ongolisasi mengawinsilangkan sapi SO dengan sapi Jawa, untuk memperbaiki ukuran dan bobot badan sehingga lahirlah sapi peranakan ongole (PO).
Sapi peranakan ongole memiliki bulu berwarna putih atau kelabu, bentuk kepala pendek melengkung, telinga panjang menggantung, dan perut agak besar. Pada sapi PO jantan, kadang dijumpai bercak-bercak berwarna hitam pada lututnya, mata besar terang, dan dilingkari kulit berjarak sekitar 1 cm dari mata berwarna hitam.
Ciri khas yang membedakan sapi PO dengan sapi-sapi lainnya adalah ponok di atas gumba, kaki panjang berurat kuat, serta ada gelambir menggelantung dari bawah kepala, leher sampai perut.
Saat dewasa, jantan PO bisa mencapai bobot sekira 600 Kg dan yang betina rata-rata 450 Kg. Pertambahan bobot sapi PO berkisar antara 0,4—0,8Kg/hari. Sapi PO murni mulai sulit ditemukan karena telah banyak disilangkan dengan sapi brahman.
Sesuai induk persilangannya, sapi peranakan ongole terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi perbedaan kondisi lingkungan, tenaga yang kuat, serta aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak.
Keunggulan Sapi Peranakan Ongole
- Persilangan Sapi ongole dengan sapi lokal indonesia
- Tipe sapi pedaging dan sapi pekerja
- Mampu berdaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan
- Cepet bereproduksi
- Berat badan 600 Kg
- Pertumbuhan Bobot Harian 0,75 Kg/Ekor/Hari
2. Simpo(sapi simmental ongole)
Sapi Simmental murni sulit ditemukan di Indonesia. Kebanyakan sapi Simmental yang ada di Indonesia merupakan sapi Simmental cross atau telah disilangkan dengan sapi lain. Salah satunya adalah hasil persilangan dengan sapi ongole yang dikenal dengan sapi Simmental ongole (simpo). Sapi simpo sudah tidak memiliki gelambir dengan buluberwarna merah bata, merah tua, hingga coklat muda.
Ciri khas sapi simpo adalah adanya warna putih berbentuk segitiga diantara kedua tanduknya. Para peternak bisanya sangat menyukai sapi ini dibandingkan dengan sapi PO, karena sapi simpo adalah sapi unggulan dimana saat memiliharanya pertumbuhan bobot harinya bisa mencapai 2kg/hari. Sapi simpo hasil Inseminasi Buatan telah mewariskan 50% sifat dari kedua sapi ini, jika kita bandingkan dengan sapi PO yang tahan akan panas dibandingkan dengan sapi simmental, sedangkan pertumbuhan bobot hariannya simmental lebih tinggi dibandingkan dengan sapi Ongole.
3. Brahman Cross
Sapi brahman cross atau terkenal dengan BX adalah ternak sapi hasil persilangan Brahman dengan berbagai jenis sapi lainnya. Dengan demikian campuran darah dalam setiap keturunan sangat bervariasi. Sapi Brahman Cross adalah persilangan sapi brahman dengan sapi dengan sapi eropa atau dalam bahasa latin dikenal dengan nama Bos Tuarus. pada mulanya adalah bangsa sapi Amerika Brahman yang dikirim ke Australia pada thaun 1933, selanjutnya dikembangkan di australia.
Sapi ini adalah hasil kawin silang antara sapi Brahman, Shorthorn, , Hereford, dengan perbandingan 50%, 25%, 25%. Sehingga jik kita lihat secara fisik tampak mirip sapai American Brahman. Maksu utama dari perkawinan silang ini adalah menghasilkan sapi potong yang mempunyai produktifitas yang tinggi, tetapi memiliki daya tahan pada suhu yang tinggi, tahan terhadap caplak, kutu, dan bisa menyesuaikan dengan lingkungan tropis.
Keunggulan Sapi Brahman Cross
- Tipe sapi potong terbaik, di daerah tropis
- Tahan panas
- Resisten atau tahan panas
- Tahan terhadap gigitan Caplak dan nyamuk
- Tidak terlalu selektif terhadap pakan
- Bobot lebih kuran 800 Kg
- Pertambahan bobot harian 0,91 Kg/ekor/hari
izin copas untuk tugas sekolah, makasih